Tanpa atap, sangat sulit sebuah rumah disebut selesai dan utuh. Bahkan tanpa atap, rumah jauh dari fungsional. Panas matahari bisa terasakan kapan saja.

Lalu bagaimanakah rumah tanpa naungan tauhid? Akankah disebut rumah?

Tanpa tauhid, manusia berpotensi lupa: Siapa tuhan yang berhak disembah, bagaimana hidup yang benar, dan akhir dari hidup.

Tanpa tauhid, sulit meneguhkan arah keluarga. Karena setiap anggota keluarga menggunakan standar diri masing-masing, padahal itu semua memiliki relativitas yang tinggi. Sehingga sulitlah terbangun harmonis yang kokoh. Mungkin saja terlihat harmonis, tapi dalam sekejap semuanya bisa berubah.

Tanpa tauhid, sulit saling mengingatkan dalam kebaikan dan kasih sayang. Karena kepeduliaan hampir terkikis habis, terutama kepeduliaan untuk menghindarkan keluarga dari siksa neraka.

Tanpa naungan tauhid, rumah mungkin fungsional secara jasadiyah. Tapi rumah tidak mampu menjadi tempat tumbuh iman dan amalan kebaikan. Rumah mungkin bisa jadi tempat rehat, tapi tidak mampu menjadi jembatan kebaikan hingga surga-Nya.

Wallahu a’lam

The following two tabs change content below.
 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *