Sebuah sesal, pernahkan itu terasa? Bagaimana pula rasanya?

Seringkali sesal atau penyesalan digambarkan kurang menyenangkan. Digambarkan dengan rasa sesak di dada. Bahkan kadang ada tangis yang mengiringi. Keinginan menyendiri juga hadir di beberapa serial tentang sesal.

Karena buruknya gambaran tentang sesal, sering terdengar nasehat, “Hati-hati, janganlah menyesal kemudian.”

Ada sebagian manusia yang kemudian bertindak penuh hati-hati, berusaha menjauh dari sesal. Ada pula sebagian manusia yang nampak tak cemas dengan sesal di kemudian hari.

Bagaimanapun, perlu ditelaah agak mendalam tentang sesal. Ada sesal yang baik, ada pula yang buruk. Sesal yang baik masih membuka peluang berbuat baik. ada kesempatan / waktu sekaligus keinginan berbuat baik. sementara sesal yang buruk adalah sesal yang tak lagi membuka peluang berbuat baik. ini terkait dengan tertutupnya pintu kehidupan dunia padahal amalan baik belumlah digenggam.

Penyesalan model ini sangat berat. Sangat baik untuk berlindung dari sesal yang satu ini.

Sungguh, Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman,

“Sesungguhnya Kami (Allah) telah memperingatkan kepada kalian (orang kafir) adzab yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya, dan orang kafir berkata, ‘Alangkah baiknya seandainya dahulu aku jadi tanah.” (Terjemah Al-Qur’an Surat An-Naba: 40)

 

Wallahu a’lam bishshawab.

 

 

The following two tabs change content below.
 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *