Sekuat apapun tenaga dan upaya manusia, ada pembatas yang tidak bisa dihindari. Apa itu? Betul sekali, kematian.
Maklum dipahami bahwa kematian merupakan qiyamat shugra (kiamat kecil). Terputuslah sudah semua upaya. Meskipun demikian, masih ada harapan. Karena doa anak shaleh dapat melapangkan dan mencerahkan kubur, demikian pula dengan shadaqah jariyah dan ilmu yang bermanfaat.
Menaburkan berbagai amal shaleh merupakan perilaku yang diharapkan. Sehingga, kesudahan hidup dapat terasa nikmat. Paling tidak, sebelum qiyamat kubra (kiamat besar) terjadi, insya Allah, harapan kebaikan itu akan senantiasa ada.
Mari selalu tebar kebaikan dan berlindung dari qiyamat kubra. Karena qiyamat kubra itu sangat mengerikan. Firman Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an Surah An-Naba’: 17-20 sudah cukup menggambarkan kengeriannya.
“Sungguh hari keputusan adalah suatu waktu yang telah ditetapkan; (yaitu) pada hari (ketika) sangkakala ditiup, lalu kamu datang berbondong-berbondong, dan langitpun dibukalah, maka terdapatlah beberapa pintu, dan gunung-gunungpun dijalankan sehingga menjadi fatamorgana.” (Terjemah Q.S. An-Naba: 17-20)
Wallahu a’lam bishshawab.
SMP Integral Hidayatullah Kebumen
Latest posts by SMP Integral Hidayatullah Kebumen (see all)
- Kunjungan Belajar Pesantren Hidayatullah Yayasan Al-Iman ke SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang - 15 November 2024
- Komunitas Belajar SMP IH Beraksi Nyata dan Berpraktik Baik dalam Aksioma - 14 Oktober 2024
- SMP IH Ikuti Lokakarya Perencanaan Berbasis Data - 14 Oktober 2024